Aku Dan Galungan
AKU
DAN GALUNGAN
Tanpa terasa 6 bulan telah berlalu sekarang tiba saatnya menyambut kembali kedatangan Hari Raya Galungan.Galungan merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan. Galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Rangkaian hari raya galungan dimulai dari Penyekeban Galungan, Penyajan Galungan, Penampahan Galungan hingga sampai akhirnya pada hari raya Galungan
Penyekeban
Galungan adalah acara mempersiapkan Hari Galungan, seperti membeli segala
sesuatu yang akan digunakan pada saat Galungan contohnya membeli buah dan
membeli Janur.Penyekeban Galungan jatuh pada Hari
Redite, Paing, Wuku Dungulan, atau 3 hari sebelum Galungan. Namun saat
Penyekeban Galungan, belum ada saudara saya yang datang jadi hanya saya, dan
ibu yang mempersiapkannya. Mulai dari ke pasar membeli Buah dan Janur lalu
dilanjutkan dengan pulang ke rumah.
Penyajan
Galungan, Penyajan Galungan jatuh pada Hari Soma, Pon, Wuku Dungulan, atau 2 hari sebelum Galungan.
Hari sudah ada beberapa saudara saya yang jauh datang. Hari ini adalah
pembuatan beberapa jajan yang akan digunakan untuk hari raya Galungan seperti
jajan uli, bolu,serta roti kukus semua itu dibuat oleh ibu saya karena saya
tidak bisa membuatnya. Karena tidak bisa membuat jajan, saya memutuskan untuk
membantu bibi saya membuat beberapa Sampian yang akan digunakan saat Hari Raya
Galungan seperti sampian Gantung-gantungan, Penjor, Canang, serta masih banyak
lagi. Kami mengerjakan itu semua secara bersama-sama serta rasa senang
menyambut hari raya Galungan. Tanpa terasa sore tiba, saat kami semua
membereskan semuanya dan akan dilanjutkan besok pagi.
Hari Penampahan Galungan jatuh
pada Hari Anggara, Wage, Wuku Dungulan,
atau 1 hari sebelum Galungan. Secara simbolis memotong babi “nampah celeng”
artinya “nampa” atau bersiap menerima kedatangan Sanghyang Dharma. Sore hari
ditancapkanlah penjor lengkap dengan sarana banten pejati yang mengandung
simbol “nyujatiang kayun” dan memuja Hyang Maha Meru (bentuk bambu yang
melengkung) atas anugerah-Nya berupa kekuatan dharma yang dituangkan dalam
Catur Weda di mana masing-masing Weda disimbolkan dalam hiasan penjor. Penjor
juga merupakan simbol ucapan terima
kasih ke hadapan Hyang Widhi karena sudah dianugerahi kecukupan sandang pangan
yang disimbolkan dengan menggantungkan beraneka buah-buahan, umbi-umbian,
jajan, dan kain putih kuning. Penampahan Galungan identik dengan menu babi,
termasuk makan siang kami pada hari ini adalah segala babi mulai dari tum babi,
lawar babi, sate babi, serta masih banyak lagi. Sungguh sangat istimewa hari
galungan dikeluarga saya. Hari ini semua perlengkapan Galungan telah selesai,
tanpa terasa sore telah tiba karena masih ada sisa waktu sebelum malam saya dan
saudara sepupu saya memutuskan untuk pergi ke pantai terdekat dari rumah kami.
Menghabiskan sore hari di pantai bersama saudara sangatlah menyengkan sambil
menikmati sunset di pantai Labuansait menyambut Hari Raya Galungan esok hari.
Galungan jatuh pada Hari Buda,
Kliwon, Wuku Dungulan, merupakan perayaan kemenangan manusia melawan
bentuk-bentuk adharma terutama yang ada pada dirinya sendiri.
Bhatara-Bhatari turun dari Kahyangan memberkati umat
manusia. Persembahyangan di Pura, Sanggah Pamerajan bertujuan mengucapkan
terima kasih kepada Hyang Widhi atas anugrah-Nya itu. Pagi
ini aku dibangunkan oleh Ibu untuk segera bersiap-siap untuk bersembahyang,
lalu aku bangun lalu kemudian dilanjutkan dengan mandi setelah mandi kemudian
saya bersiap-siap. Setelah selesai saya pun disuruh oleh ibu untuk maturan di
pura kahyangan di desa saya, saya pergi maturan berdua bersama kakak sepupu
saya. Kami berdua berkeliling maturan sampai selesai. Setelah itu kami berdua
menuju Pura Merajan kami untuk bersembahyang, hari ini semua keluarga besar
saya berkumpul.
Manis Galungan jatuh pada Hari Wraspati, Umanis, Wuku Dungulan, 1 hari setelah Galungan, melaksanakan Dharma Santi berupa kunjungan ke keluarga dan kerabat untuk mengucapkan syukur atas kemenangan dharma dan mohon maaf atas kesalahan-kesalahan di masa lalu. Hari ini keluarga saya yang dari jauh sudah mulai meninggalkan rumah untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Setelah semua keluarga pergi dan hanya tinggal keluarga kecil saya yang berada di rumah, saya dan ibu memutuskan untuk pergi ke rumah nenek saya yang berada di Uluwatu. Hingga sore hari kami pun kembali kerumah.
Manis Galungan jatuh pada Hari Wraspati, Umanis, Wuku Dungulan, 1 hari setelah Galungan, melaksanakan Dharma Santi berupa kunjungan ke keluarga dan kerabat untuk mengucapkan syukur atas kemenangan dharma dan mohon maaf atas kesalahan-kesalahan di masa lalu. Hari ini keluarga saya yang dari jauh sudah mulai meninggalkan rumah untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Setelah semua keluarga pergi dan hanya tinggal keluarga kecil saya yang berada di rumah, saya dan ibu memutuskan untuk pergi ke rumah nenek saya yang berada di Uluwatu. Hingga sore hari kami pun kembali kerumah.
Komentar
Posting Komentar